Jumat, 09 Oktober 2015



Bagian 1
Belajar mandiri memang berat, tapi itu yang akan membentuk kedewasaanmu.

Pukul 14.30 pesawat Lion Air asal dari bandara Juanda Surabaya mendarat di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Para penumpang sibuk untuk keluar. Terlihat seorang cewek rambutnya pendek sebahu, ia ikat setengah, ia memakai jaket hitam, jeans panjang berwarna putih, jam tangan bentuk bintang berwana hitam melingkar di lengannya, berjalan menarik koper dan membawa tas ransel di punggungnya.
Saat itu banyak sanak atau keluarga yang menjemput penumpang-penumpang lain. Yuki melihat sekelilingnya tak ada tanda-tanda orang akan menjemputnya. Ia pun duduk di kursi tunggu. Lalu ia mengambil HP-nya (HP = handphone) dari kantong celananya. Karena bosan, Yuki bermain game onet di HP-nya. Setelah beberapa menit, tiba-tiba seorang bapak berumur 38 tahun, mengenakan baju kemeja coklat dan celana kain hitam berlarian melihat sekeliling seperti mencari seseorang. Ia melihat suasana bandara mulai sepi. Bapak itu segera berlari ke ruang informasi.
 “Ting..tung..”
Saat Yuki asyik bermain game, tiba-tiba suara informasi bandara mengagetkannya.
Attention. For passenger what do named Yuki Kobayashi pleases to come to information room. Since someone is waiting you. Thank you.”
“Ting..tung.. Perhatian. Bagi penumpang yang bernama Yuki Kobayashi silahkan datang ke ruang informasi. Karena seseorang sedang menunggu anda. Terima kasih,”
Yuki pun segera menyimpan HP-nya di saku jaketnya. Ia segera berjalan kearah ruang informasi. Lalu disana ia melihat bapak-bapak yang ia lihat tadi.
“Yuki ?” Tanya Bapak itu.
“Iya,” kata Yuki sambil memandang heran.
 “Maaf terlambat menjemput. Saya Ridho, utusannya Bu Sila untuk menjemput kamu. Mari ikut saya..”
Yuki dengan tenang mengikuti Pak Ridho itu keluar bandara. Lalu mereka pun masuk ke sebuah mobil. Kemudian  mobil itu berjalan dengan pelan. Diperjalanan Yuki hanya diam dan bermain game.
Pukul 15.30 Yuki sampai di sebuah rumah biasa, tidak mewah. Rumah itu sengaja di sewa oleh ibunya untuk dia. Saat keluar dari mobil, dia hanya menatap rumah itu dengan wajah sedih. Entah apa yang di pikirkannya. Setelah koper Yuki di keluarkan dari mobil, Pak Ridho itu pamit pulang.
“Saya pamit pulang dulu ya.” Kata Pak Ridho.
“Iya pak, terima kasih.”
Kemudian mobil itu pergi. Yuki pun masuk kedalam rumah itu. Ia menyalakan lampu dan melihat sekeliling ruangan. Ia memperhatikan suasana rumah yang sederhana dengan perabot yang masih di tutup kain. Ia membuka kain yang menutupi kursi. Lalu ia membuka semua kain yang metupi prabot itu sehingga banyak debu yang berterbangan. Yuki terbatuk-batuk sebentar. Lalu ia pun memasuki ruangan kamar, hanya ada lemari dan tempat tidur tanpa kasur. Ia pun membuka jendela. Cahaya matahari sore itu masuk ke dalam ruangan kamar. Lalu ia kembali berjalan melihat seisi rumah. Setelah itu ia berbaring di kursi ruang tamu karena kelelahan.
Pukul 18.05, Yuki terbangun karena di kagetkan adzan magrib yang sedang kumandangkan dari masjid terdekat. Ia pun dengan cepat bangun dan berlari mengambil dompetnya di tasnya yang berada di kamar. Lalu ia berlari keluar mencari warung terdekat, lalu ia membeli peralatan mandi. Setelah itu ia mandi dan shalat. Setelah shalat ia membaca Al-Qur’an dan dilanjutkan  dengan shalat isya’.
Setelah isya’, Yuki mengambil tas ranselnya dan keluar ke jalan raya. Ia memanggil taksi. Ia pergi ke sebuah restaurant. Saat itu ia sangat lapar. Ia hanya makan sendirian. Setelah itu ia pergi ke toko-toko untuk membeli peralatan rumah yang belum ia miliki, seperti kasur, bantal, guling, lemari kecil untuk barang pentingnya, peralatan dan ia pergi ke super market untuk membeli banyak sayuran.
Setelah selesai belanja, barang yang telah ia beli, ia bawa pulang dengan menyewa mobil untuk membawakannya. Tak lama ia sampai dirumah. Setelah semua barang selesai di masukkan, Yuki membayar orang yang menyewakan mobil dan tenaganya untuk barang Yuki. Yuki pun masuk ke kamarnya dan membiarkan barang-barang berserakkan. Karena cape ia hanya  mengatur tempat tidurnya.
Pagi hari, alarm HP berbunyi. Yuki masih merasakan lelah, ia malas bangun. Tapi ia ingat akan barang-barang yang ia belum bereskan. Ia pun segera bangun dan membuka jendela pagi itu. Ia menatap kearah matahari, matanya sedikit ia sipitkan karena silau terkena sinar matahari. Ia pun segera ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Lalu ia mencuci muka. Setelah selesai ia melihat dirinya di depan cermin.
“Yuki, belajar mandiri memang berat, tapi itu yang akan membentuk kedewasaanmu. Fighting Yuki-chan..”
Yuki tersenyum dan ia pun bergergas ke ruang tamu. Ia menyemangati dirinya sendiri yang sebenarnya malas melakukan hal yang namanya beres-beres. Tapi siapa lagi yang akan melakukannya kalau bukan dia sendiri.
Yuki pun mulai membereskan satu persatu barang-barangnya dengan semangat. Ia memutar music di HP-nya sebagai penyemangatnya. Tiba-tiba perutnya berbunyi. Ia mengerti itu adalah tanda lapar. Yuki pun pergi ke dapur dan membuka kulkas yang telah ia rapikan dengan berbagai sayuran dan makanan instan. Saat ia melihat sayuran ia menelan ludah.
“Lihat sayuran ini.. aku jadi pusing. Aku kan nggak tahu masak !!”
Wajah Yuki menjadi lesu. Ia melihat sebuah ikan kaleng. Wajahnya menjadi ceria. Sebelumnya ia mencuci beras, lalu memasaknya di ricecooker, lalu ia memanaskan ikan kaleng. Kemudian ia duduk menunggu nasi matang sambil istirahat bermain onet di HPnya. Tak lama nasi matang, ia pun segera makan. Kasihan.. yang lagi kelaparan. Setelah selesai makan, ia mencuci piring dan kembali bekerja. Yuki, meskipun malas melakukan pekerjaan, tapi dia paling tidak suka melihat sesuatu yang kotor dan berantakan.
Pekerjaannya selesai di sore hari. Setelah itu ia mandi dan malam harinya Yuki langsung tidur karena kelelahan. Ia tidur sampai besok bangun kesiangan. Satu hari ia hanya di rumah. Ia mencari resep-resep masakkan. Ia juga berharap mamanya menelfon, tapi harapannya tak terkabulkan. Saat sedang mencari resep masakan, ia juga melihat peta Jakarta. Ia juga melihat jarak antara rumahnya dengan sekolah yang hendak ia sekolahi. Ia memutuskan untuk mencoba berjalan dari rumahnya ke sekolah.
Setelah Isya, Yuki kembali keluar dengan tas ranselnya. Ia berjalan sambil melihat peta. Jalanan begitu ramai, tapi ia tetap serius melihat peta. Setelah 20 menit ia sampai.
“Aduuuh.. ternyata cape juga. Kelihatan deket, tapi ternyata jauh juga..” kata Yuki.
Ia pun duduk di depan sekolah itu.
“Terus.. tiap hari, aku jalan gitu ?”
Wajah Yuki menjadi murung dan cemas. Tiba-tiba sebuah sms masuk dari mamanya.
Mama udah transfer lagi uangnya dan udah mama isi kartu kredit kamu.
From : Mama
Wajah murung Yuki menjadi cerah. Ia pun langsung memanggil sebuah taksi. Ia hendak pergi ke toko sepeda. Setelah sampai, ia pun masuk dan melihat-lihat sepeda yang terpajang. Tiba-tiba ia bertabrakan dengan seorang cowok, memakai jeans panjang dengan kaos oblongnya berwarna putih, rambutnya di sisir seperti personil band, namanya Gilang.
Sorry yaa..” Kata Gilang.
“Iya, nggak apa-apa.” Kata Yuki.
“Mau nyari sepeda yang keren ?” Tanya Gilang.
“Mmmm..”
“Sini, ikut gue,” kata Gilang.
Mereka berdua menuju tempat sepeda terpopuler sekarang. Yuki kagum melihatnya, ia langsung mendekat ke sebuah sepeda berwarna biru. Ia tak menghiraukan Gilang, dan tertuju kepada sepeda. Gilang tersenyum kecil. HPnya pun berbunyi.
“Halo, ooh iya, gue bentar lagi balik kok,”
Gilang pun mematikan telfon. Kemudian ia melihat ke arah Yuki. Yuki tetap serius melihat sepedanya. Ia pun tersenyum dan pergi. Tak lama Yuki memanggil karyawan toko itu.
“Mbak, saya mau ambil yang ini,” kata Yuki.
Ia pun pergi ke tempat pembayaran. Ia mengeluarkan kartu kredit lalu membayarnya. Setelah itu ia pulang dan beristirahat untuk persiapan MOS besok.
Pukul 21.00, Gilang baru pulang dari sebuah Caffe bersama bandnya. Nama bandnya Hunter. Band Hunter adalah band satu-satunya di SMK Jaya Bhakti, tempat sekolah Gilang. Hunter artinya pemburu, mereka adalah pemburu ketenaran. Adapun personil Hunter yaitu, Rio (Vokalis), Yogi (Gitaris), Arul (Bass), dan Gilang (Drumer). Gilang sebenarnya multi talent. Ia bisa menggunakan semua alat musik. Setelah selesai bekerja di caffe, mereka pun pulang.
Bro, gue cabut dulu ya,” kata Gilang.
“Ya, hati-hati dijalan.. Kalo lihat cewek baju putih melambaikan tangan jangan berhenti ya,” kata Rio.
“Iya,iya.. Tenang. Gue nggak bakal berhenti. Entar loe kira gue gebet bini loe lagi,” kata Gilang
Sialan loe,”
Gilang tertawa kecil dan langsung men-start mobilnya lalu pergi. Saat di perjalanan, HP Gilang bergetar tanpa suara. Dan itu panggilan dari nomor baru. Tapi Gilang tak menghiraukannya. Setelah telfon mati, ternyata sudah 44 panggilan tak terjawab di HPnya dan 24 sms masuk.
Tak lama ia sampai di rumahnya. Ia melihat sebuah mobil berwarna pink terparkir di depan rumahnya. Wajah Gilang menjadi sangat sebal. Ia pun segera memasukkan mobilnya dan masuk rumah. Saat masuk rumah ia melihat, seorang cewek cantik dengan rambut blow terurai, memakai dress pendek, dan terlihat stylist sedang bercerita dengan mama Gilang. Cewek itu namanya Vini.
Gilang hanya melihatnya sebentar, lalu tak menghiraukan dan terus menaiki tangga.
“Gilang !” Teriak mama Gilang.
Gilang pun langsung berbalik menuruni tangga dan menghampiri mereka.
Loe, ikut gue,” kata Gilang kepada Vini.
Gilang pun keluar dan diikuti oleh Vini.
“Kenapa loe nggak angkat telfon gue ?” Tanya Vini dengan sedikit membentak.
“Itu nggak penting. Kita putus aja,” kata Gilang.
“Apa ? Loe keterlaluan banget ya Gilang. Selama ini gue sudah berusaha untuk nyayangin loe, ngelakuin apa aja demi loe, tapi loe mutusin gue kaya gini ? Kaya gue nggak pernah loe hargain. Apa sih yang kurang dari gue, apa belum cukup semua yang gue lakuin ? Gue..”
“Cukup,” kata Gilang memutus perkataan Vini. “Loe dengerin baik-baik ya, pernah nggak gue nyuruh loe ngelakuin banyak hal untuk gue ? pernah gue nyuruh loe untuk nyayangin gue ? Loe tau nggak sih, yang loe lakuin itu malah bikin hidup gue tambah kacau. Mending, loe nyerah aja deh. Gue nggak bisa terus nyakitin loe, dan nggak bisa terus-terusan loe ganggu.” Kata Gilang dengan emosi.
Vini mulai meneteskan air mata. Lalu ia pergi. Gilang pun langsung masuk dan bertemu mamanya.
“Vini mana lang ?” Tanya mamanya.
“Udah pulang,” kata Gilang.
Mamanya memaklumi hubungan Gilang dan Vini yang tak pernah akur. Gilang pun masuk ke kamarnya dan bermain PS sampai larut. Ia seperti melampiaskan emosinya.
Vini adalah pacarnya, yang baru saja putus. Vini termasuk siswi terpopuler di SMAnya, karena kemampuan dance-nya yang keren. Tapi, selama pacaran waktu Gilang habis hanya karena Vini. Vini selalu mengajaknya jalan-jalan. Setiap Gilang ingin melakukan sesuatu, Vini selalu melarangnya. Saat ia latihan pun, di batasi waktunya. Ia juga di larang kerja di Caffe. Gilang sangat tertekan bila berpacaran dengan Vini. Vini selalu egois tak memikirkan perasaannya.
Pagi hari, hari pertama MOS di SMA Harapan. Yuki sudah bersiap dan ia mengenakan celana kain panjang  berwarna hitam dan baju berwarna putih. Rambutnya di kuncir 2 dengan pita berwarna biru. Ia menaiki sepedanya, ia mengayuh dengan cepat.Saat di perjalanan, Gilang membawa motor melaju dan mendekati Yuki. Gilang memberinya semangat dengan senyumannya. Yuki melihatnya sekilas, karena ia serius dengan jalannya.